Kasus-Kasus Bunuh Diri Massal

Written By Unknown on Kamis, 24 September 2015 | 10.38.00


Kasus-Kasus Bunuh Diri Massal



Bunuh diri adalah suatu hal yang sangat tidak baik dan bukan merupakan anjuran agama karena pada dasarnya kematian adalah hal yang telah ditentukan. Namun kini banyak kita ketahui kasus bunuh diri karena masalah yang tidak bisa terselesaikan. Tak heran, karena hal ini adalah hal yang telah terjadi sejak jaman dahulu kala, bahkan pada kasus bunuh diri dahulu lebih ekstrim. Berikut ini akan kami sampaikan beberapa kasus bunuh diri massal yang mengerikan.
  •  Puputan BadungFoto puputan badung oleh unik SegiEmpat

Kasus bunuh diri massal yang pertama datang dari negara Indonesia khususnya di daerah Bali. Ya, tempat yang kini terkenal indah dan adanya keragaman budaya ini ternyata menyimpan sejuta misteri penjajahan. Peristiwa yang disebut dengan Puputan Badung ini adalah salah satu perang yang sangat sengit terjadi antara rakyat Indonesia bagian Bali dengan prajurit Belanda. Meskipun dapat diketahui bahwa perang ini akan dimenangkan oleh pihak Belanda, namun ternyata semangat yang membara dalam diri rakyat Bali ini cukup bisa membuat Belanda kewalahan. Pada tahun 1904, peperangan Belanda Indonesia ini diawali dengan adanya kapal Belanda yang terdampar dan mengalami kerusakan sehingga tenggelam di laut yang dekat dengan Bali ini. Pada saat itu kapal yang dikapteni oleh salah seorang pelaut handal asal Belanda bernama Kwee Tek Tjiang ini mangalami kerusakan dan tenggelam sehingga barang bawaan dalam kapal yang masih bisa diselamatkan dibawa ke Sanur yang merupakan salah satu daerah Badung saat itu dan barang ini dititipkan kepada salah satu petinggi di sana. Akhirnya melalui beberapa negosiasi yang dilakukan oleh Kwee Tek dan petinggi di Sanur ini akhirnya barang bawaan Belanda yang terdampar di Sanur ini dikembalikan ke dalam kapal Belanda yang diangkut oleh para tenaga kerja Indonesia. Namun dari hal ini, muncul pikiran licik dari Belanda yang mengatakan bahwa para tenaga kerja Indonesia ini telah mencuri beberapa barang bawaan Belanda yang diangkutnya. Hal ini tentunya tidak mudah dibenarkan oleh pemimpin Badung saat itu yaitu I Gusti Ngurah Rai Denpasar. Ditambah lagi tidak adanya bukti dan juga adanya sumpah dari para tenaga kerja yang memang tidak mencuri satu pun barang Belanda ini. Namun Belanda masih bersikeras meminta pemerintah Badung untuk mengganti rugi barangnya sekitar 3000 ringgit. Dengan adanya hal ini, pemerintah Badung tidak ingin mengganti karena lebih percaya dengan bangsa dan rakyatnya sendiri. Keyakinan yang dimiliki oleh warga dan pemerintah Badung inilah yang ternyata menjadi Belanda merasa takut karena akan menghalanginya dalam pengambil kekuasaan di Indonesia. Oleh karena itu, Belanda menggunakan akal bulusnya lagi untuk membuat Badung menyerah. Usaha yang dilakukannya yaitu dengan adanya blokade ekonomi yang dilakukan di laut dan darat. Blokade ini mendatangkan efek buruk bagi Badung karena kehilangan 1500 ringgit tiap harinya, namun hal ini tetap tidak membuat pemerintah Badung menyerah karena mereka lebih ingin mempertahankan kebenaran rakyatnya. Karena merasa cukup kesal dengan hal ini, akhirnya Belanda memberikan ultimatum agar Badung segera membayar ganti rugi yang semakin tinggi dan jika Badung tidak melakukan hal ini, maka akan ada ada kekerasan. Hal ini ternyata tidak menjadi penghalang dari pemerintah dan rakyat Badung untuk menolak sehingga terjadilah perang yang terjadi di Bali ini. Tidak hanya daerah Badung saja, namun juga daerah lain di Bali sangat mendukung hal yang dilakukan oleh pemerintah Badung ini sehingga perang yang terjadi di sini adalah perang besar dan sengit. Sebenarnya dari sini sudah bisa diketahui bahwa Belanda yang akan unggul karena melihat peralatan modern yang dimiliki dan digunakan oleh Belanda sedangkan di Bali hanya menggunakan senjata tradisional berupa tombak dan pedang. Namun semangat yang dimiliki oleh rakyatnya membuat Belanda juga kehilangan banyak prajuritnya. Hingga pada saatnya rakyat Badung terjebak, mereka tetap tidak menyerah dan terus maju meskipun pada akhirnya mereka akan banyak yang jatuh berguguran tak terkecuali pemimpin Badung. Bahkan dengan jumlah yang kecil, rakyat Badung terus menyerang dan juga membakar beberapa puri yang menjadi sasaran Belanda dan dari hal ini bisa dikatakan bahwa aksi Puputan Badung ini adalah aksi bunuh diri massal dengan cara yang terhormat dengan tujuan mulia pula.
  • Tarian ZalongoFoto tarian zalongo oleh unik SegiEmpat

Kasus bunuh diri ternyata telah terjadi sekitar tahun 1806. Pada tahun itu, telah terjadi sebuah perang yang besar terjadi antara Souli dan Ottoman. Pada sekitar tahun yang disebutkan ini memang sedang gancar-gencarnya para kerajaan atau negara bahkan suku saling memperebutkan kekuasannya. Hal ini dikarenakan banyak negara dan bangsa yang ingin mendapat pengakuan dan juga hal lainnya berupa eksistensiannya. Dengan adanya pengakuan dari negara atau bangsa lain ini tentunya membuat negara memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi dan menjadi negara yang berkuasa terhadap negara lainnya. Hal ini jugalah yang sedang diperebutkan dalam peperangan antara Souli dan Ottoman ini. Kedua negara ini adalah negara yang memiliki pengaruh besar diantara negara lainnya. Dengan adanya dua negara yang berpengaruh ini tentunya ada salah paham yang terjadi diantaranya sehingga keduanya saling bertarung untuk menunjukkan mana yang lebih baik. Pada saat itu, tentara dari Ottoman telah berhasil mengalahkan Souli yang saat itu tidak memiliki tentara tangguh. Dengan taktik yang cukup matang dari Ottoman ini tentunya membuat Ottoman bisa sedikit lebih unggul dari Souli yang pada saat itu tidak memiliki persiapan yang cukup matang. Namun tentara Ottoman tidak berhenti sampai di situ, mereka terus mengejar warga Souli hingga di gunung Zalongo. Setelah adanya beberapa pertimbangan diantara pemimpin Souli akhirnya para rakyat Souli lebih memilih untuk melakukan hal yang bisa menyelamatkan harga diri mereka di hadapan Ottoman. Di sana warga Souli yang tidak berdaya melakukan aksi gila yaitu bunuh diri dengan terjun ke dalam sebuah tebing tinggi. Mereka melakukan itu semua karena tidak ingin disiksa dan dibunuh secara perlahan oleh tentara Ottoman.
  • Jauhar


Kali ini kasus bunuh diri massal juga terjadi di India. Ternyata kehidupan India pada zaman dahulu kala sangat sulit terlebih lagi bagi warga yang tinggal di pedalaman India yang kurang diperhatikan bahkan dijajah oleh negaranya sendiri. Peristiwa yang dikenal di India berkaitan kasus bunuh diri disebut sebagai Jauhar. Peristiwa ini adalah peristiwa dimana para kaum wanita lah yang melakukan bunuh diri bersama dengan anak mereka. Pada saat terjadinya aksi bunuh diri ini, India pada saat itu tengah berada di masa kerajaan Rajput dan dinasti Mughal yang dikenal sebagai masa kejam dan sulit bagi sebagian warganya. Ternyata aksi bunuh diri massal yang dilakukan di India ini tidak hanya berlaku bagi warga biasa yang merasa terancam atau tidak memiliki pilihan lainnya. Namun juga berlaku bagi orang kerajaan pada saat itu. Hal ini bisa diketahui dengan adanya aksi Jauhar ini. Kasus yang satu ini adalah salah satu kasus yang mengerikan dan ternyata pemimpin dari aksi ekstrem ini adalah seorang Ratu dari salah satu kerajaan di India. Ratu yang menjadi pemimpinnya adalah Ratu dari Chittor yang bernama Rani Padmini. Pada saat masa itu, memang kedudukan wanita sangat diremehkan dan hanya bisa dijadikan sebagai pengurus rumah tangga dan yang lebih kejamnya lagi adalah para wanita ini dijadikan sebagai pemuas nafsu dari para orang kerajaan dan tak terkecuali para prajuritnya. Oleh karena itu, Rani Padmini dan seluruh wanita serta anak-anak mereka akan lompat ke dalam api unggun raksasa yang mereka buat sendiri dan tujuannya adalah agar mereka tidak menjadi sasaran nafsu tentara dari Sultan Delhi yang kejam dan menjaga kehormatan mereka sebagai istri dan wanita. Tidak hanya wanita, namun juga para pria dewasa juga ikut andil dalam melakukan perang dengan pasukan Sultan Delhi hingga banyak korban yang berjatuhan.

  • Benteng Raja Herodes

Foto benteng raja herodes oleh unik SegiEmpat
Aksi selanjutnya yang merupakan aksi bunuh diri massal datang dari tahun 60 Masehi. Pada tahun ini telah, peradaban Romawi lah yang menguasai daerah-daerah dan pengaruhnya sangat besar. Pada saat itu, penganut Yahudi yang fanatik diminta untuk pergi ke dataran tinggi gurun Tudea dan diminta untuk membangun barikade di Benteng Raja Herodes. Di sini selama beberapa tahun, orang Yahudi bersusah payah membangun barikade dan telah selesai setelah 5 tahun. Namun pada abad ke 72 Masehi, pimpinan Romawi menyuruh untuk membongkar barikade tersebut karena dianggap telah terdapat pemberontak. Orang Yahudi yang mengetahui hal tersebut justru malah melakukan bunuh diri massal tanpa diketahui penyebabnya. Hal ini tentunya juga membuat pemerintah Romawi bertanya-tanya. Peristiwa ini tidak hanya meninggalkan sejarah berupa kisah turun temurun yang diceritakan dari dahulu hingga saat ini melalui mulut yang satu ke mulut yang lain, namun bekas dari adanya peristiwa yang satu ini berupa bangunan yang masih bisa terlihat. Seperti yang kita ketahui sebelumnya jika di gurun bernama Tudea ini, dibangun barikade benteng Herodes dan merupakan tempat tinggal selama beberapa puluh tahun oleh bangsa Yahudi fanatik yang diminta untuk membangun barikade itu. Di barikade ini ternyata tidak hanya dibangun bangunan yang berguna bagi urusan peperangan, namun juga dibangun pemukiman dan lahan-lahan karena pada saat itu, peradaban di gurun Tudea ini sudah mulai berkembang yaitu bangsa Yahudi. Semakin lama peradaban di gurun ini mulai berkembang dan bisa dikatakan bahwa orang yang mendiami gurun tersebut hidup sejahtera dan bahagia. Namun ternyata kebahagiaan ini berakhir pada tahun 72 M. Hal iniadalah tahun dimana menjadi masa kelam bagi sang bangsa Yahudi ini karena Raja Romawi bernama Flavius Lucius Silvius ini menyuruh para prajuritnya untuk mencari dan menangkap para pemberontak yang diduga ada di benteng ini. Hal ini sudah mulai diketahui oleh para warga di gurun ini dan kepala suku yang berada di barikade ini berpidato agar para rakyatnya melakukan hal yang gila yaitu bunuh diri secara massal. Hal ini ditujukan karena para warga Yahudi tidak ingin mereka dan keluarga mereka menjadi sasaran salah paham dari prajurit Romawi ini. Sang kepala suku ini berpidato yang menyerukan agar para kepala keluarga membunuh istri-istri mereka sebelum dijadikan sasaran prajurit yang kejam dan juga membunuh anak-anak mereka sebelum dijadikan budak yang sengsara. Dengan adanya pidato ini, membuat para warga setuju dan melakukan aksi bunuh diri dengan berbagai cara. Pada awalnya hal ini tidak diketahui oleh pemimpin Romawi hingga saatnya benteng Herodes ini dibombardir dan yang ditemukan di gurun ini hanya puing-puing bangunan permukiman dan juga mayat-mayat busuk yang merupakan mayat warga Yahudi ini sendiri. Yang tersisa dari peristiwa ini hanyalah puing bangunan yang masih ada hingga sekarang dan juga ada seorang wanita serta kelima anaknya yang masih hidup dan merekalah yang menjadi narasumber kejadian yang mengenaskan ini.
Blog, Updated at: 10.38.00

0 komentar:

Posting Komentar